Jep memulai pagi 18 Februari dengan salah. Ia lupa membeli coffemix, padahal ia ingin sekali minum untuk mengimbangi sejuknya pagi. Gelas di atas meja hanya menyisakan satu tegukan dari kopi semalam. Didorong rasa haus akan manis, ia menghabiskan kopi itu, lalu mengambil mug besar, mengisinya dengan air, kembali duduk di kursi kerjanya. Ia mendorong jendela kamar, lalu memindah posisi batang besi penyangga jendela lebih telentang, sehingga udara lebih leluasa keluar-masuk. Ia mengecek stok rokoknya, dan hanya melihat lima bungkus Magnum Filter tak tertutup. Ia heran kenapa bisa rokoknya cepat habis. Melihat asbak hijau mungil miliknya penuh puntung, ia bangkit membuang isi asbak ke tong sampah kecil diluar kamar. Ketika kembali, matanya melirik mencari-cari bila ada bungkus rokok tercecer, terpisah dari kawanan tadi. Sepuluh detik kemudian, ia berdiri di samping kursi, mengangkat laptop dual-core miliknya, dan menemukan satu bungkus rokok, sembunyi di belakang laptop. Pantas tak terlihat, batinnya. Ia segera membuka bungkus itu, mengitung, masih ada enam batang. Ia mengambils sebatang, menyalakannya, lalu kembali duduk. Ia mulai menyentuh laptop, mengarahkan kursornya ke taskbar, membuka aplikasi pemutar musik. Playlist top 50 berisi lagu-lagu yang kerap diputarnya ia pilih. Suara rhytm dan hentakan drum segera terdengar. Lagu yang diputar itu berjudul “You Only Live Once” yang dimainkan oleh The Strokes. Ia lalu membuka Microsoft Word. Proses loading software ia tunggu sambil bersender pada kursi, menggerakkan kakinya mengikuti irama lagu, sambil menghisap magnum filter di tangan kirinya. Matanya sendiri menatap jendela, mengikuti pergerakan tetangganya yang mahasiswa, membuka gembok pagar dari atas sepeda motor, hendak berangkat entah kemana.

Ia meraih Blackberry miliknya, membuka kontak, dan mulai mengetik pesan dengan jempol kanannya. Sambil bernyanyi sendiri, ia melihat pesan itu sudah tercentang dua, namun belum terbaca. Baru dua detik handphone itu ia letakkan, terdengar notifikasi muncul. Sebuah balasan. Isinya sapaan balik diikuti dengan emoji senyum. Ia tersenyum girang, lalu menaruh handphone-nya kembali, dan mulai mengetik di atas papan keyboard laptop.