Genre    : Documentary
Director : Sourav Sarangi
Length   : 92 mins.
Country : India
Menonton “Bilal” adalah menonton India yang suram. Itulah yang setidaknya tercetus ketika melihat gambar-gambar yang tersaji, dimana pemandangan kumuh, kusam, gelap, dengan keliaran tikus, burung-burung gagak bertebaran disana-sini.  Belum pula dengan raut rupa orang-orang yang terlihat lebih tua dari seharusnya, nampak menegaskan bahwa mereka telah merasakan pahitnya hidup. Seolah-olah, gambar-gambar dalam film dokumenter “Bilal” hendak menunjukkan realita lain dari India, jauh dari gemerlap goyangan pinggul artis-artis Bollywood yang senantiasa mewarnai layar kaca.

Namun “Bilal” lebih dari sekedar gambar dunia yang suram. Bilal, yang menjadi sorotan utama sekaligus fokus cerita dalam film berdurasi 88 menit ini, adalah balita laki-laki, yang hidup bersama adiknya dengan asuhan kedua orang tuanya yang buta. Sosok ayah dan ibu, yang tidak bisa melihat menjadi sulit untuk mengajari nilai-nilai kehidupan kepada dua anaknya yang masih kecil itu. Alhasil, kontak-kontak fisik diarahkan untuk menimba Bilal dan adiknya, untuk menyadari bahwa dunia bukan dunia yang mudah untuk hidup. Ini menyebabkan Bilal menjadi pribadi yang bengal dan bandel. Secara tidak sadar, kekerasan pun dilakukannya ke siapapun yang berinteraksi dengannya, baik itu temannya, adiknya, bahkan orangtuanya sekalipun!

Kekerasan demi kekerasan pun ditampilkan secara gamblang melalui kamera, dari sudut mata Bilal. Ini setidaknya menunjukkan bahwa bahasa visual sangat mudah untuk dicerna dan diolah secara permukaan oleh anak. Kekacauan yang ditunjukkan melalui kamera yang bergerak tanpa henti, memang membuat kita terus berlari dalam menonton film ini, sehingga sulit untuk menikmati. Menurut saya, gaya pengambilan gambar semacam ini hendak mengajak para penonton untuk menyelami dunia Bilal, India dalam lingkungan kasta rendahan dan ekonomi yang melarat. Bilal memaknai melalui apa yang ia lihat, dan dengan keingintahuannya yang besar, ia belajar dari situ. Kesadaran bahwa orang tuanya memiliki kelemahan dalam melihat, membuatnya tergerak untuk membantu orang tuanya, meski dalam hal yang remeh temeh. Keluarga Bilal pun, meski dirundung konflik batin orang tuanya dan didera kesulitan ekonomi, tetap memunculkan secercah harapan akan keluarga yang bahagia, apa adanya.

Keluarga Bilal sendiri, kenyataannya tidak berpusat pada ayah dan ibunya. Ia adalah bagian dari keluarga besar. Paman, bibi, nenek, sepupu, menyatu dalam setting film, sehingga sulit bagi kita penonton untuk membedakan dan mengklasifikasikannya. Akan tetapi, keputusan untuk meniadakan ruang bagi penonton untuk melihat itu adalah keputusan yang tepat menurut saya, dan justru menitikberatkan langsung pada interaksi sosial yang terjadi, yang menunjukkan kekuatan ikatan sosial masyarakat di sana, di India. Relasi yang kuat ini, menjadi poin tambahan untuk memicu perbaikan ekonomi keluarga batih Bilal
Perjalanan Bilal yang direkam selama beberapa tahun, meninggalkan kesan yang janggal. Kehidupannya ceria, menggembirakan, penuh kejahilan, tetapi disisi lain orang tuanya dihadapi konflik tersendiri – dan berusaha untuk tetap menatap masa depan, ditambah runyamnya kehidupan masyarakat kelas ekonomi rendahan, membuat film ini memberi rasa nyaman yang aneh.

---
“Bilal” pun pada akhirnya bukan sekedar dokumenter biasa. Citra-citra yang dihasilkan merupakan bentuk dari perjalanan riset tim produksi dalam membentuk cerita, sebuah cerita positif yang kontras dengan kekelaman dunia yang menjadi latarnya. Akhirnya, meja editing dalam film “Bilal” menjadi faktor utama untuk mengolah cerita. Keputusan untuk berhenti pada cerita Bilal disunat akan merupakan keputusan yang tepat, karena momen itu dalam kebudayaan tertentu adalah masa akil baliq, dimana hal baru dimulai, atau dalam konteks “Bilal”, adalah dunia yang baru. Sayangnya, sutradara berpikir lain. Ia tetap memberi penonton cuilan kisahnya yang baru, dan ini cukup mengganggu. Tapi lebih dari itu, cerita Bilal memberikan kita keasyikan tersendiri dalam melihat dunia melalui kacamata anak kecil.